DETIK-DETIK KEPERGIAN ROSULULLAH
SAKIT Rasulullah saw semakin hari
semakin keras. Ini detik-detik kritis. Aisyah merebahkan tubuh orang
mulia ini kepangkuannya. Ini momen yang sangat penting bagi Aisyah. Ia
dapat merawat sendiri Rasulullah saw di rumahnya.
Abdurrahman bin
Abu Bakar, kakak Aisyah adalah sahabat lain yang diperkenankan merawat
Rasulullah saw. Ia masuk ke dalam sambil memegang siwak. Melihat itu,
Aisyah bertanya kepada Rasulullah saw, “apakah aku boleh mengambil siwak
itu untuk engkau?” Hal ini Aisyah tanyakan kepada Rasulullah saw karena
Rasulullah saw sangat suka bersiwak.
Rasulullah saw mengiyakan
dengan isyarat kepala. Aisyah pun menggosokan siwak itu ke gigi beliau.
Rupanya terlalu keras, Aisyah segera menggosokan dengan pelan-pelan
sekali. Di dekat tangan Rasulullah saw ada bejana berisi air. Beliau
mencelupkan kedua tangannya lalu mengusap wajahnya. Mulutnya begumam, “
Tiada Ilah selain Allah. Sesungguhnya kematian itu ada sekaratnya.”
Usai bersiwak, beliau mengangkat tangan dan mengacungkan jari, mengarahkan
pandangan ke langit-langit rumah. Kedua bibirnya bergerak-gerak. “Bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka dari nabi, shidiqqin, syuhada dan shalihin. Ya Allah ampunilah dosaku dan rahmatilah aku. Pertemukanlah aku dengan kekasih yang Maha Tinggi ya Allah, kekasih yang Maha Tinggi.”
pandangan ke langit-langit rumah. Kedua bibirnya bergerak-gerak. “Bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka dari nabi, shidiqqin, syuhada dan shalihin. Ya Allah ampunilah dosaku dan rahmatilah aku. Pertemukanlah aku dengan kekasih yang Maha Tinggi ya Allah, kekasih yang Maha Tinggi.”
Kalimat ini diulang-ulang
hingga tiga kali disusul dengan tangan Rasulullah saw yang melemah.
Beliau wafat. Suasana hening. Saat itu waktu Dhuha, udara sudah terasa
panas, senin 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah. Rasulullah saw wafat dalam
usia enam puluh tiga tahun lebih empat hari.
Kabar duka itu
segera tersebar. Seluruh pelosok Madinah berubah muram. Walau sudah
diduga, tetapi kepergian Rasulullah saw nyata membuat kaum Muslimin
terpukul. Anas menggambarkan, “Aku tidak pernah melihat suatu hari yang
lebih baik dan lebih terang selain ketika hari saat Rasulullah saw
masuk ke tempat kami. Dan tidak kulihat hari yang lebih buruk dan muram
selain ketika Rasulullah saw meninggal dunia.”
Berita itu jelas
sampai ke semua orang. Termasuk kepada Umar bin Khatab. Mendengar itu,
Umar hanya berdiri mematung. Seperti tidak sadar, dia berkata,
“Sesungguhnya beberapa orang munafik beranggapan bahwa Rasulullah saw
akan meninggal dunia. Rasulullah saw sekali-kali tidak akan meninggal
dunia, tetapi pergi kehadapan Rabbnya seperti yang dilakukan Musa bin
Imran yang pergi dari kaumnya selama empat puluh hari , lalu kembali
lagi kepada mereka setelah beliau dianggap meninggal dunia. Demi Allah,
Rasulullah saw akan kembali. Maka tangan dan akal orang-orang yang
beranggapan bahwa beliau meninggal dunia, hendaknya dipotong.”
Abu Bakar pun tidak kalah terpukulnya. Setelah mendengar kabar itu, dari
tempat tinggalnya di dataran tinggi Mekkah, Abu Bakar memacu kuda, lalu
turun dan masuk mesjid tanpa berbicara dengan siapapun. Dia segera
menemui Aisyah lalu mendekati jasad Rasulullah saw yang diselubungi
kain itu lalu menutupnya kembali. Ia memeluk jasad Rasulullah saw
sambil menangis. Dari mulutnya terdengar, “Demi ayah dan ibuku sebagai
tebusanmu, Allah tidak akan menghimpun dua kematian pada diri engkau.
Kalau memang kematian ini sudah ditetapkan atas engkau, berarti memang
engkau sudah meninggal dunia.”
Kemudian Abu Bakar keluar rumah
dengan masih sambil tersedu. Saat itu Umar sedang berbicara dihadapan
orang-orang. Abu Bakar berkata, “Duduklah, wahai Umar!”
Umar
tidak mau duduk. Orang-orang beralih kehadapan Abu Bakar dan
meninggalkan Umar. Abu Bakar berkata, “Barangsiapa di antara kalian yang
menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia.
Tapi barangsiapa diantara kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya
Allah itu Maha Hidup dan tidak meninggal. Allah berfirman, “Muhammad itu
tidak lain hanyalah seorang rasul. Sungguh telah berlaku sebelumnya
beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kalian
berbalik kebelakang-murtad? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka
ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah
akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
Seusai
mendengar ayat ini, semua langsung terdiam. Seakan-akan mereka tidak
tahu bahwa Allah telah menurunkan ayat ini. Semuanya kemudian menghayati
ayat ini. Tidak seorangpun dari mereka yang mendengarnya melainkan
membacanya.
Umar sendiri tampak kelihatan linglung. Hingga ia tak
kuasa mengangkat kedua kakinya, dan terduduk ketanah saat Abu Bakar
mendengar ayat itu. Umar merasa terlolosi dan terhempas karena
kenyataanya Rasulullah saw memang sudah meninggal dunia. Tak ada yang
dilakukkanya kecuali segera mengurus jenazah Rasulullah saw
bersama-sama.
Kepergian seorang pemimpin dan panutan tak pelak
memang bisa menimbulkan guncangan yang hebat. Jika saja tak ada orang
seperti Abu Bakar, bukan tidak mungkin akan meninggalkan kekacauan.
Padahal setelah seseorang pemimpin pergi, begitu banyak persoalan yang
harus segera ditangani. Dan itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang
yang masih hidup.
0 komentar:
Posting Komentar